Text
Prasangka & konflik : komunikasi lintas budaya masyarakat multikultur
Dalam pelbagai perbedaan latar belakang itulah sering muncul “prasangka sosial”, sebagai pikiran, sikap, dan keyakinan dan kepercayaan dan bukan tindakan. Jadi, prasangka tetap sebagai pikiran sedangkan diskriminasi mengarah ke tindakan yang tersistematis. Jika prasangka berubah menjadi tindakan nyata maka dia berubah menjadi diskriminasi, yakni tindakan untuk “menyingkirkan” status dan peran sekelompok orang dari hubungan dan pergaulan serta komunikasi antarmanusia, misalnya dengan cara-cara pengurangan peran dan fungsi, pemisahan tempat tinggal, mengadakan perpindahan penduduk (migrasi, emigrasi, dan imigrasi), resetleman, dan lain-lain. lnilah sebagian bentuk konflik antaretnik yang dilukiskan sebagai clashing of two opposing interests atau pertikaian antara dua kelompok kepentingan.
Ketegangan yang meliputi konflik tersebut dapat bertumbuh dari cara memandang sesuatu yang tidak signifikan,apalagi kalau masalah tersebut tidak dapat dipecahkan sehingga membangun argumen yang tiada berakhir, disertai dengan kemarahan, kekerasan fisik yang bersifat permanen sehingga memisahkan relasi antara dua pihak. Tidak terpecahnya konflik itu menimbulkan destruktif sosial, personal, dan perilaku yang sebelumnya profesional menjadi tidak profesional. Buku ini menjawab semua kegalauan tentang konsep etik dan ras, prasangka dan konflik serta jalan keluarnya melalui model-model konflik antaretnik dan antar-ras.
S00791 | 302.2 LIL p | PERPUSTAKAAN PUSAT (RAK) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain